Fatty Liver


Posted 16 May 2018 • by dr. Heru Wijono, SpPD
image

Fatty liver atau kalau dibahasa Indonesiaan menjadi perlemakan hati sebenarnya terjadi akibat penumpukan trigliserida (salah satu elemen lemak dalam darah) dan bentuk lain lemak dalam sel sel liver. Seberapa besarnya terjadi penumpukan lemak ini bergantung pada seberapa besar peranan proses asupan (input) dan pengeluaran (output). Secara klinis penyakit ini dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :

  1. Alcoholic fatty liver (simple steatosis)
  2. Alcoholic hepatitis
  3. Alcoholic-related cirrhosis

Alcoholic fatty liver dapat diakibatkan konsumsi alcohol berlebihan (dalam berbagai referensi dikatakan melebihi 60 gram alcohol perhari). Tetapi perlemakan hati dapat juga terjadi walaupun sang penderita tidak pernah meneguk alcohol sedikitpun, inilah yang dikatakan non alcoholic fatty liver disease (NAFLD). Penyakit yang sering dikaitkan dengan perlemakan hati adalah sindroma metabolic, sering berkaitan dengan obesitas, diabetes tipe II dan kenaikan kadar trigliseridemia.

Angka kejadian penyakit Fatty Liver Disease dalam populasi berkisar antara 10 sd 24% di berbagai Negara, tetapi penyakit ini didapatkan pada 75% penderita dengan obesitas, dari jumlah ini 35% akan berkembang menjadi stadium lebih lanjut yaitu Non alkoholik Fatty Liver Disease. Penderita wanita lebih rentan terkena Fatty liver dibandingkan dengan laki laki, hal ini berkaitan dengan metabolisme di liver yang berbeda karena pengaruh hormone yang berbeda antara wanita dan laki laki. Di Amerika Serikat dikatakan bahwa Fatty liver adalah penyebab kenaikan SGOT dan SGPT.

Lalu apakah obesitas iu ? Untuk mengetahui kita termasuk obesitas atau tidak dapat dihitung dengan rumus Body Mass Index (BMI) berikut : Berat Badan (dalam kilogram)alam kilogram) ------------------------------------------- Tinggi Badan (dalam meter)2 Dari hasilnya dapat dilihat dalam tabel : BMI Jenisis 25-29,9 kg/m2 Overweight 30-39,9 kg/m2 Obesitas >40 kg/m2 Morbid Obesitassitas

Penumpukan lemak yang berlebihan dalam hati juga menimbulkan keradangan berkelanjutan di liver yang dikenal dengan nama steatohepatitis, yang merupakan tanda proses fatty liver menjadi berkelanjutan. Bila tidak ditangani semakin berkembang sehingga menjadi sirosis hepatis. Rata rata penderita tidak merasakan gejala apa apa, sering ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin (medical check up), ditandai dengan kenaikan SGOT SGPT. Sebagian kecil penderita merasa perut tidak enak, bahkan beberapa penderita merasa “kemeng” di bagian atas kanan perut. Apa yang dilakukan bila kita mendapatkan penderita dengan kecurigaan fatty liver? Mula mula kita harus menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi virus hepatitis, di Negara kita tersering adalah virus hepatitis A, B, dan C. bila hasilnya negatif diikuti dengan pemeriksaan radiologi seperti ultrasonografi (USG) tidak didapatkan kelainan seperti gangguan kandung empedu, maka kita mencari riwayat konsumsi alcohol. Di berbagai referensi dinyatakan non alkoholik bila dibawah 20 gram etanol per hari pada wanita dan 30 gram etanol perhari pada laki laki.

Lalu bagaimana terapinya?

Kalau penyebab kelainan ini adalah penyakit seperti sindroma metabolic, dll maka penyakit dasarnya itulah yang harus diperbaiki. Tapi perlu ditandaskan bahwa penyakit ini sebagian besar terapinya adalah merubah gaya hidup. Termasuk pola makan (dan jenis makanan yang dikonsumsi) dan aktivitas sehari hari, terapi nomer 1 adalah pengaturan pola makan disini peran seorang ahli gizi amatlah penting, nomer 2 adalah aktivitas olah raga ringan. Rata rata bila masih dalam tahap awal seringkali tidak diperlukan obat obatan, cukup dengan merubah gaya hidup penderita.

Artikel Lain

Perlukah Home Care ??
05 April 2018 4
Mengenal Sosok Fisiotherapy
03 January 2017 4